Saturday, August 6, 2011

C. MACAM-MACAM KEJUJURAN DAN MAKNA-MAKNANYA

Penulis kitab al-Manazil mengatakan bahwa jujur adalah istilah untuk mengungkapkan hakikat sesuatu yang berwujud dan kejadian yang sesuai dengan kenyataannya. Makna lain kejujuran adalah tercapainya sesuatu dengan sempurna, berikut kekuatan dan seluruh elemennya.

Ungkapan, 'tekad yang jujur' berarti tekad tersebut bulat dan sempurna. Demikian pula dengan ungkapan, 'cinta dan keinginan yang menggebu.' Serupa dengan istilah, 'berita yang valid,' hal itu bermakna berita tersebut sesuai dengan realitas.

Istilah jujur sering dipakai dalam beberapa hal berikut ini.
 
1. Jujur dalam berbicara. 

Jujur dalam perkataan adalah bentuk kejmasyhur. Setiap hamba berkewajiban menjaga lisannya , yakni berbicara jujur dan dianjurkan menghindari kata-kata sindiran karena hal itu sepadan dengan kebohongan, kecuali jika sangat dibutuhkan dan demi kemaslahatan pada saat-saat tertentu.


Ketika hendak pergi berperang, Rasulullah saw. selalu menyembunyikan maksudnya agar tidak terdengar oleh pihak musuh karena dikhawatirkan mereka akan siaga untuk memerangi beliau. Rasulullah saw. bersabda,


"Tidaklah 9dikatakan) pendusta orang yang mendamaikan manusia, berkata baik, dan menyampaikan (berita) baik." (HR Bukhari dan Muslim)

Seorang hamba wajib jujur ketika dia bermunajat kepada Tuhannya. Misalkan jika dia berikrar, "Sesungguhnya aku hanya menyembah Tuhan yang telah menciptakan langit dan bumi," tetapi ternyata hatinya tidak pernah mengingat Allah swt. dan sibuk dengan kepentingan dunia. Itu berarti dia telah berbohong. Ini adalah perkara yang berkaitan dengan niat yang tulus adalah fondasi setiap amal.

Setiap muslim dituntut untuk selalu berkata jujur, walau pun bercanda. Rasulullah saw. bersabda,

"Aku akan menjamin rumah dipinggiran surga bagi orang yang meninggalkan perdebatan walau pun (dalam posisi) benar, dan (aku akan menjamin) rumah di tengah-tengah surga bagi orang yang meninggalkan kata dusta dalam keadaan bercanda, dan (aku akan menjamin) rumah di surga yang paling tinggi bagi orang yang berbudi pekerti tinggi bagi orang yang berbudi pekerti mulia." (HR Abu Dawud; hadits hasan)

Setiap muslim wajib jujur ketika berjual beli. Dengan kata lain, dia harus berkata jujur, tidak menyuap dan tidak menipu. Tersebarnya Islam di seluruh belahan negara Afrika, bahkan di seluruh pelosok dunia, disebabkan oleh kejujuran orang-orang muslim dalam praktik jual-beli mereka. Orang-orang non muslim takjub dengan kejujuran dan toleransi yang ada pada tubuh umat Islam. Itulah yang menyebabkan mereka berbondong-bondong memeluk Islam. Kini, umat Islam. Kini umat Islam sangat membutuhkan etika dan transaksi yang telah diatur oleh Islam demi mewujudkan kebahagiaan seluruh umat manusia.

Kekasih Allah swt. Ibrahim a.s., telah memohon Allah swt. agar menganugerahinya lisan yang jujur. Sebagaimana firman-Nya,

"Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian." (asy-Syu'ara[26]:84)


Allah swt. pun memuliakannya sebagaimana diceritakandi dalam Al-Qur'an,

"Maka ketika dia (Ibrahim) sudah menjauhkan diri dari merek dan dari apa yang mereka sembah selain Allah, Kami anugerahkan kepadanya Ishaq dan Ya'acub. Dan masing-masing Kami angkat menjadi nabi. Dan Kami anugerahkan kepada mereka sebagian dari rahmat Kami dan Kami jadikan mereka buah tutur yang baik dan mulia." (Maryam [19]:49-50)

Nabi Ibrahim a.s. memohon kepada Allah swt. dengan doa tadi agar bisa mendapatkan keampunan-Nya dan perantara yang dapat membantu seorang hamba untuk beramal saleh. Allah swt. berfirman:

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kamu kepada Allah dan ucapkanlah perkataan yang benar, niscaya Allah akan memperbaiki amal-amalmu dan mengampuni dosa-dosamu. Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul-Nya, maka sungguh, dia menang dengan kemenangan yang agung." al-Ahzab [33]:70-71)

Sebagaimana dijelaskan dalam beberapa kitab tafsir, maksud dari 'perkataan yang benar' adalah perkataan yang jujur atau kalimat la ilaha illallah.

2. Jujur dalam niat dan kehendak.

Kejujuran  bergantung pada keikhlasan seseorang. Jika amalnya tidak murni untuk Allah swt., tetapi demi kepentingan nafsunya berarti dia tidak jujur dalam berniat, bahkan bisa dikatakan telah berbohong, seperti kisah tiga orang yang terdapat di dalam hadits berikut ini.

Rasulullah saw. bersabda,
"Sesungguhnya orang yang pertama kali akan dimasukkan ke neraka adalah orang yang mati syahid. (pada hari Kiamat kelak), dia akan dihadapakan (kepada Allah untuk dihisab), lalu nikmat-nikmat (yang telah diberikan kepadanya ketika di dunia) akan diperlihatkan kepadanya, maka dia pun mengetahuinya. Allah bertanya kepadanya, 'Apa yang kamu lakukan terhadap nikmat-nikmat ini?' Orang terebut menjawab, 'Hamba berperang di jalan-Mu (untuk menegakkan agama-Mu) hingga hamba gugur sebagai syahid." Allah berfirman, 'Kamu bohong, sebenarnya tujuan kamu berperang agar kamu dikatakan sebagai pemberani (pahlawan) dan kamu sudah mendapat gelar itu.' Kemudian Allah memerintahkan (malaikat-Nya) untuk memasukkannya (ke neraka). Kemudian diseretlah wajahnya (kepalanya) dan dilemparkan ke dalam api neraka. Berikutnya, seorang laki-laki penuntut ilmu, lalu dia mengajarkan ilmunya kepada orang lain, dan dia pun gemar membaca Al-Quran. (Pada hari Kiamat kelak, dia akan dihadapkan (kepada Allah untuk dihisab), lalu nikmat-nikmat 9yang telah diberikan kepadanya ketika di dunia) akan diperlihatkan kepadanya, maka dia pun mengetahuinya. Allah bertanya kepadanya, "Apa yang kamu lakukan terhadap nikmat-nikmat ini?' Orang tersebut menjawab , '(Hamba gunakan nikmat tersebut) untuk menuntut ilmu, lalu hamba mengajarkan ilmu (yang hamba peroleh kepada orang lain), dan hamba juga gemar membaca Al-Qu'ran ikhlas kerana engkau.' Allah berfirman, 'Kamu bohong, sebenarnya tujuanmu menuntut ilmu agar kamu dikatakan orang alim, dan tujuanmu membaca Al-Qu'ran agar kamu dikatakan qari, dan kamu sudah mendapatkan (gelar itu).' Kemudian Allah memerintahkan (malaikat-Nya) untuk memasukkannya ( ke neraka), lalu diseretlah wajahnya (kepalanya) dan dilemparkanlah dia ke dalam api neraka. Selanjutnya, seorang laki-laki yang dilapang-kan rezekinya oleh Allah dan Ia memberinya semua jenisharta. (Pada hari Kiamat kelak), dia akan dihadapkan (kepada Allah untuk dihisab), lalu nikmat-nikmat (yang telah diberikan kepadanya ketika di dunia) akan diperlihatkan kepadanya, maka dia pun mengetahuinya. Allah bertanya kepadanya, 'Apa yang kamu lakukan terhadap nikmat-nikmat ini?' Orang tersebut menjawab, 'Ham-ba tidak pernah meninggalkan satu jalan (jihad) pun yang Tuhan kehendaki agar (hamba) berinfak di jalantersebut, kecuali hamba berinfak dengan ikhlas karena engkau. Allah befirman kepadanya, 'Kamu bohong, sebenarnya tujuan kamu berinfak agar kamu disebut sebagai dermawan, dan kamu sudah mendapatkan gelar itu.' Kemudian Allah memerintahkan (malaikat-Nya) untuk memasukkan (ke neraka) lalu diseretlah wajahnya (kepalanya) dan dilemparkan dia ke dalam api neraja." (HR Muslim)

Hadis di atas mengisahkan tentang tiga mecam orang, yaitu orang yang gemar mengajarkan Al-Qur'an, bersedekah, dan berjihad di jalan allah swt. Akan tetapi, Allah swt. mendakwa merekatelah berbohong pada niat dan kehendaknya, bukan pada malannya sebab merekabenar-benar melakukan apa yang mereka akui.


Oleh kerana itu, Allah swt. mengingatkan orang-orang yang berjihad di jalan-Nya bahwa jika mereka berniat untuk mendapat-kan ridha-Nya, mengorbankan harta dan jiwanya demi tegakkan Islam berarti dia telah mempersembahkan yang terbaik bagi agama, dunia, dan akhirat mereka. Allah swt.berfirman tentang hal ini,

"...Sebab apabila perintahlah (perang) ditetapkan (mereka tidak menyukainya). Padahal jika mereka benar-benar (beriman) kepada Allah, nescaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka." (Muhammad [47]:21)

Allah swt. berfirman tentang orang-orang munafik,

...Mereka mengucapkan sesuatu dengan mulutnya yang tidak ada dalamhatinya.." (al-Fath[48]:11)

Allah juga berfirma,
"Barang siapa menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, pasti Kami berikan (balasan) penuh atas pekerjaan mereka di dunia (dengan sempurna)   dan mereka di dunia tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh (sesuatu) di akhirat kecuali neraka, dan sia-sialah di sana apa yang telah mereka usahakan ( di dunia) dan terhapuslah apa yang telah merekakerjakan." (Hud [11]:15-16)

Begitulah gambaran tentang orang munafik yang terdapat dalam Al-Qur'an . Orang munafik tidak pernah berniat dan melakukan sesuatu demi mengharapkan ridha Allah swt.

3. Jujur dalam berkeinginan dan dalam meralisaikannya.

Keinginan atau tekad yang dimaksudkan adalah seperti perkataan seseorang, "Jika Allah memberiku harta, akau akan menginfakkan semuanya." Keinginan seperti ini ada kalanya benar-benar jujur dan da kalanya pula masih diselimuti kebimbangan. Kejujuran dalam merialisasikan keinginan, seperti apabila seseorang bertekad dengan jujur untuk bersedekah. Tekas tersebut bisa terlaksana bisa juga tidak. Penyebab tidak terealisainya tekad tersebut bisa saja karena dia memiliki kebuntuan yang mendesak, tekadnya hilang, atau lebih mengedepankan kepentingan nafsunya. Berkaitan dengan hal ini Allah swt. berfirman,

"Di anatara orang mukmin itu ada orang-orang yang menepati apa yang telah mereka janjikan kepada Allah. Dan di anatar me yang gugur, dan di ada (pula) yang menunggu-nunggu dan mereka tidak sedikit pun tidak mngubah (janjinya)." (al-Ahzab [33]: 23)

Di dalam ayat yang lain Allah berfirman,

"Dan di antara  mereka ada orang yang telah berjanji kepada Allah, 'Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian dari karunia-Nya kepada kami, niscaya kami akan bersedekah dan niscaya kami termasuk orang-orang yang saleh.' Ketika Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka menjadi kikir dan berpaling, dan selalu menentang (kebenaran). Maka Allah menanamkan kemunafikan dalam hati mereka sampai pada waktu mereka menemui-Nya kerana mereka telah mengingkari janji yang telah mereka ikrarkan kepada-Nya dan (juga) karena mereka selalu berdusta." (al-Taubah [9]: 75-77)

Berkaitan dengan sifat jujur dalam menepati janji, Allah swt. memuji Nabi Ismail a.s. dan memerintahkan kita agar meneladaninya. Sebagaimana firman-Nya,

"Dan ceritakanlah (Muhammad) kisah Ismail di dalam Kitab (Al-Qur'an). Dia benar-benar seorang yang benar janjinya, seorang rasul dan nabi." (Maryam [19]:54)

4. Jujur dalam bertindak

 Kejujuran dalam bertindak berarti tidak ada perbedaan antara niat dan perbuatan. Jujur dalam hal ini juga bisa berarti tidak berpura-pura khusyu dalam beramal sedangkan hatinya tidaklah demikian.

Salah seorang sahabat pernah berkata, "Aku berlindung kepda Allah swt. dari khusyu munafik." Para sahabat yang lain bertanya, "Apa yang kamu maksud dengan khusyu yang munafik?' Sahabat itu menjawab, "Itu adalah jika kalian melihat gerakan tubuh khusyu, pdahal tidak demikian dengan hatinya."

Muthraf berkata, "Apabila niat dan amalan seorang hamba tidak berbeda, Allah swt. akan berfirman, 'Inilah hamba-Ku yang sebenarnya.' Kejujuran adalah dasar keimanan dan syarat diterima amal dan ketaatan. Allah swt. menjanjikan pahala dan kedudukan khusus bagi orang-orang yang senantiasa bersikap jujur. Kejujuran adalah dasar keimanan dan syarat diterimanya amal dan ketaatan Allah swt. menjanjikan pahala dan kedudukan khusus bagi oprang-orang yang senantiasa bersikap jujur. Kejujuran adalah kunci setiap kebaikan, pembeda antara orang yang beriman dan orang munafik, serta pintu dan jalan untuk sampai ke derajat orang-orang yang jujur, yaitu derajat yang paling bagi makhluk setelah derajat para nabi dan rasul."

5. Jujur dalam hal keagamaan.

Jujur dalam agama adalah derajat kejujuran tertinggi, seperti jujur dalam rasa takut kepada Allah swt., mengharap ridha-Nya, zuhud, rela dengan pemberi-Nya, cinta dan tawakal. Semua perkara tadi memiliki fondasi yang menjadi tolok ukur kejujuran seseorang dalam menyikapinya. kejujuran juga memiliki tujuan dan hakikat. Orang yang jujur adalah mereka yang mampu mencapai hakikat semua perkara tadi dan mampu mengalahkan keinginan nafsunya. Sebagaimana dijelaskan oleh Allah swt. di dalam firman-Nya,

"Kebajikan itu bukanlah menghdapkan wajahmu ke arah timur dan ke barat, tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhir, malaikat-malaikat, kitab-kitab, dan nabi-nabi serta memberikan harta yang dicintainya kepada kerabat, nak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang  yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan, dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang benar dan mereka itulah orang-orang yang bertakwa."(al-Baqarah [2]:177)

Di dalam ayat lain Allah swt. berfirman,

"(Harta rampasan itu juga) untuk orang-orang kafir yang berhijrah, yang terusir dari  halamanya, dan meninggalkan herta bendanya demi mencari karunia dari Allah dan keridhaan(-Nya) dan (demi) menolong (agama) Allah dan Rasul-Nya. Mereka itulah orang-orang yang benar." (al-Hasyr [59]:8)

Allah swt. juga berfirman,

"Sesungguhnya orang-orang mukmin yang sebenarnya adalah mereka yang beriman kepada Allah dan rasul-Nya, kemudian mereka tragu-ragu, dan mereka berjihad dengan harta dan jiwanya di jalan Allah. Mereka itulah orang-orang yang benar." (al-Hujurat [49]:15)

Berikut ini adalah contoh tentang orang yang memiliki rasa takut. Apabila seorang hamba berimankepada Allah swt., dia akan takut kepada Allah meskipun belum samapai pada rasa takut yang sebenarnya. Jika ada seseorang yang takut kepada penguasa, raut wajahnya akan pucat pasi, tubuhnya gementar karena takut akan mendapatkan perlakuan yang buruk.

Setiap hamba pasti takut akan siksa neraka, tetapi rasa takut tersebut tidak tampak ketika dia bermaksiat. Karena itu, Amir bin Abdi Qais berkata,"Sungguh aku heran terhadap surga dan seluurh kenikmatannya, sedangkan orang-orang yang mendambakannya tertidur lelap. Aku juga heran terhadap neraka berikut suasananya yang sangat mencekam, tetapi orang yang hendak menghindarinya terbuai di alam mimpi."(10)


9. Pembagian ini khusus berkenaan dengan sikap jujur. Dalam ayat-ayat yang lain Allah  swt. membagi tipe manusia menjadi beberapa bagian, yaitu orang yang bertobat tetapi zalim, zalim tetapi setengah-setengah, berlomba-lomba dalam hal kebajikan, mukmin, kafir dan seterusnya.

10. Dinukil dari kitab Muhktashar Minhajil-Qashidin, hlm 368-369.
 
 





 
 






Friday, August 5, 2011

B. KEDUDUKAN JUJUR

Ibu Qayyim berpendapat bahwa jujur adalah sifat yang membuat seseorang menjadi terhormat. Dari sana akan muncul seluruh derajat para pencari kebenaran dan jalan yang paling lurus. Orang yang tidak menitinya akan celaka. Kejujuran membedakan antara orang munafik dan orang mukmin serta penduduk surga dan penduduk neraka. Kejujuran adalah pedang Allah swt. di muka bumi. Pedang tersebut tidak akan pernah diletakkan pada sesuatu, kecuali iamematahkannya dan tidak akan berhadapan dengan yang batil kecuali ia akan melawan dan menumbangkannya.

Barang siapa naik takhta dengan jujur, dia tidak akan diturunkan. Kejujuran dapat membungkam musuh. Kejujuran adalah ruh segenap amal, pangkat segala seusatu, faktor yang mendorong seseorang berani menghadapi rintangan, dan pintu masuk bagi hamba yang indin sampai ke hadirat Allah swt. Kejujuran juga merupakan fondasi tegaknya agama dan tiang penyangga tenda keyakinan.

Derajat kejujuran berada di urutan kedua setelah derajat para nabi sebagai derajat paling tinggi. Di antara tempat-tempat tinggal mereka di surga, akan mengalir mata air dan sungai-sungai ke tempat tinggal orang-orang yang jujur. Kelak hati-hati mereka pun akan saling bertautan.

Allah swt. memerintahkan orang yang beriman untuk selalu bersama orang-orang jujur dan Ia berjanji akan menempatkan mereka bersama para nabi, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang yang saleh. Allah swt. berfirman,

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar." (at-Taubah [9]:119)

Firman Allah dalam surah yang lain,

"Dan barang siapa menaati Allah dan Rasul (Muhammad), maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) pada nabi, para pecinta kebenaran , orang-orang yang mati syahid dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya." (an-Nisa [4]:69)

Para nabi, pecinta kebenaran, orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh itulah sebaik-baik teman. Allah swt akan selalu mengurniai mereka nikmat, kasih sayang-Nya, kebaikan yang sangat banyak, petunjuk dan arah-an dari-Nya. Bahkan lebih dari itu mereka akan mendapat keistimewaan khusus, yaitu perlindungan dari Allah swt. karena Allah akan selalau bersama orang-orang yang sabar. Kedudukan meraka sangatdekat dengan-Nya karena derajat mereka berada di urutan ke dua setelah derajat  para nabi.


Allah swt. memberitahukan bahwa orang yang memeunikan keimanan kepada-Nya berarti telah memberikan yang terbaik untuk dirinya. Allah berfirman,

"..Padahal jika mereka benar-benar (beriman) kepada Allah, niscaya yang demikian itu lebih baik bagi mereka." (Muhammad [47]:21)

Allah swt juga memberitahukan tentang orang-orang yang baik dan memuji mereka karena telah memurnikan keimanan dan keislaman, bersedekah, dan selalu bersabar. Me-reka itulah orang-orang yang jujur. Allah swt. berfirman.

"..tetapi kebajikan itu ialah (kebajikan) orang yang beriman kepada Allah, hari akhirat, malaikat-malaikat, kitab-kitab dan nabi-nabi serta memberikan hartayang dicintainya kepada kerabat, anak yatim, orang-orang miskin, orang-orang yang dalam perjalanan (musafir), peminta-minta, dan untuk memerdekakan hamba sahaya, yang melaksanakan shalat dan menunaikan zakat, orang-orang yang menepati janji apabila berjanji, dan orang yang sabar dalam kemelaratan, penderitaan dan pada masa peperangan. Mereka itulah orang-orang yang bertakwa." (al-Baqarah [2]:177)

Ayat tersebut menjelaskan bahwa kejujuran sebagai dasar keimanan dan keislaman harus dibuktikan dengan amalan lahir dan batin.

Allah swt. membagi manusia menjadi dua tipe, yaitu tipe manusia yang jujur dan munafik(9). Sebagaimana firman-Nya,

"Agar Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan mengazabkan orang munafik jika Dia kehendaki, atau menerima tobat mereka...." (al-Ahzab [33]:24) 
Kejujuran adalah fondisi keimanan, sedangkan kebohongan adalah dasar kemunafikan. Apabila kebohongan berkumpul dengan keimanan, salah satunya pasti tumbang.

Allah swt. juga memberitahu bahwa yang bisa menyelamatkan seorang hamba pada hari Kiamat kelak adalah kejujuran. Allah swt. firman-Nya,

"..Inilah saat orang yang benar memperoleh manfaat dari kebenarannya. Mereka memperoleh surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha kepada mereka dan mereka pun ridha kepada-Nya. Itulah kemenangan yang agung." (al-Ma'idah [5]:119)
Dalam firman-Nya pada surah yang lain,

  "Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan orang yang membenarkannya, mereka itulah yang bertakwa." (az-Zumar [39]:33)
Pembawa kebenaran yang dimaksudkan adalah orang yang senantiasa jujur, baik dalam perkataan, perbuatan, maupun dalam kondisinya. Allah swt. telah memerintahkan rasulullah saw. agar memohon kepada-Nya untuk mengurniakan tempat masuk dan keluar yang benar pada setiap perkara. Allah swt. berfirman,

"Dan katakanlah (Muhammad), ya Tuhan-ku, masukkan aku ke tempat masuk yang benar dan keluarkan (pula) aku ke tempat keluar yang benar dan berikanlah kepadaku dari sisi-Mu kekuasaan yang dapat menolong-(Ku)." (al-Isra [17]:80)


 Allah swt. juga mengisahkan tentang kekasih-Nya, Ibrahim a.s., bahwaIbrahim telah memohon kepada-Nya agar dianugerahi lisan yang jujur sebagai teladan bagi generasi yang akan datang setelahnya. Hal itu, Allah kisahkan di dalam firmany-Nya,


"Dan jadikanlah aku buah tutur yang baik bagi orang-orang (yang datang) kemudian." (asy-Syu 'ara [26]:84)

Di dalam ayat yang lain, Allah swt. memberikan kabar gembira bagi hamba-hamba-Nya yang beriman bahwa mereka mendapatkan kedudukan yang tinggi dan tempat yang dia senangi di sisi-Nya. Allah swt. berfirman,

"..dan gembiralah orang-orang beriman bahwa mereka mempunyai kedudukan yang tinggi di sisi Tuhan..." (Yunus [10]:2) 

Allah juga berfirman,

"Sungguh, orang-orang yang bertakwa berada di taman-taman dan sungai-sungai, di tempat yang disenangi di sisi Tuhan yang Mahakuasa." (al-Qamar[54]:54-55)

Simpulannya, ayat-ayat tersebut menjelaskan lima perkara kepada kita, yaitu(1) tempat keluar yang benar, (2) tempat masuk yang benar, (3) lisan yang gema jujur, (4) kedudukan yang sangat tinggi, dan (5) tempat yang menyenangkan.

Hakikat kejujuran pada lima perkara tersebut ada pada sebuah kebenaran yang kukuh dan berhubungan langsung degan Allah swt. Kejujuran adalah perantara antara hamba dengan Tuhannya. Kejujuran harus meliputi perkataan dan perbuatan yang dilakukan demi untuk Allah swt. serta balasan dari semua itu akan diterima ketika di dunia dan di akhirat. 
 
 
 
 

A. Definisi Jujur

1. Definisi Jujur Secara Etimologi

Secara etimologi, jujur merupakan lawan kata dusta. Dalam bahasa Arab diungkapkan dengan "Ash-Shidqu" sedangkan "Ash-Shiddiq" adalah orang yang selalu bersikap jujur baik dalam perkataan mau pun perbuatan (4)
Allah swt. berfirman,

"..maka mereka itu akan bersama-sama dengan orang yang diberikan nikmat oleh Allah, (yaitu) para nabi, para pecinta kebenaran, orang-orang yang mati syahid, dan orang-orang saleh. Mereka itulah teman yang sebaik-baiknya." (an-Nisa' [4]:69)
Maksud "para pecinta kebenaran" pada ayat di atas adalah mereka yang gemar bersikap jujur, mengakui kebenaran, atau orang yang mempraktikkan apa dikatakanya. Ada juga yang menafsirkan bahwa mereka adalah pengikut terbaik paar nabi yang denngan segera mengakui kebenaran knabian, seperti Abu Bakar r.a.

Allah swt. berfirman

"Wahai orang-orang yang beriman! Bertakwalah kepada Allah dan bersamalah kamu dengan orang-orang yang benar." (at-Taubah [9]:119)

Maksud dari "orang-orang yang benar" yang diperintahkan Allah untuk kita teladani pada ayat di atas adalah mereka yang selalu bersama dengan Rasulullah saw., bukan dengan orang-orang munafik.

Ayat di atas memerintahkan kita untuk mengikuti jejak dan jalan orang-orang yang benar. Sebagai ulama, berpendapat bahwa mereka adalah para nabi. Disebutkan pula bahwa mereka adalah orang-orang yang selalau menepati janjinya. Pendapat lain mengatakan, mereka adalah kaum muhajirin. Ada juga yang berkata, mereka adalah orang-orang yang memiliki keseimbangan lahir dan batin (5)  , dan orang-orang yang gemar membawa kebenaran kemudian membenarkannya seperti firman Allah swt.,

"Dan orang yang membawa kebenaran (Muhammad) dan orang yang membenarkannya, mereka itulah orang yang bertakwa." (az-Zumar [39]:33)

Para ulama berbeda pendapat dalam menafsirkan ayat ini. Ada yang menasirkan bahwa pembawa kebenaran itu adalah Rasulullah saw. Ulama yang lain menafsirkan bahwa dia adalah malaikat Jibril, sedangkan kebenaran yang membawanya risalah tauhid, yaitu la ilaha illallah.

Diriwayatkan dari Mujahid, bahwa maksud firman Allah swt. "Orang yang membawa kebenaran dan membenarkannya," adalah mereka yang  gemar membaca Al-Quran, kelak pada hari Kiamat orang-orang mukmin akan berkata, "Inilah yang telah kamu berikan kepada kami ketika di dunia maka kami melaksanakan perintahmu yang terdapat di dalamnya."

Ibnu Katsir mengatakan bahwa penafsiran Mujahid tersebut mencakup semua orang mukmin karena mereka selalu berkata benar dan mengamalkannya. Rasulullah saw. adalah manusia yang paling pantas dimasukkan ke dalam maksud ayat tersebut karena beliaulah yang telah membawa kebenaran dan membenarkan para rasul sebelumnya serta mengimani kitab yang diturunkan Allah swt. kepadanya, demikian pulahalnya dengan orang-orang mukmin, semuanya beriman kepada Allah, malaikat, kitab-kitab, dan para rasul-Nya.

Diriwayatkan juga dari Zaid bin Aslam r.a, bahwa maksud orang yang membawa kebenaran adalah rasulullah saw., sedangkan yang membenarkannya adalah orang-orang muslim. (6)

4.Ar-Ragib, al-Mufradat, hlm 277
5. Al-Qurthubi, al-Jami li Ahkamil-Qur-an, jilid VIII, hlm. 288
6. Tafsir Ibni Katsir, jilid IV, hlm. 58-59


2. Definasi Jujur Secara Terminologi

Para ulama berbeda pendapat dalam memberikan definasi jujur secara termino;ogi, di antara definasi jujur mengikut para ulama terebut adalah sebagai berikut.

a)  Jujur adalah kata hati yang sesuai dengan yang diungkapkan. Jika   salah satu   syarat itu   ada yang hilang, belum mutlak disebut jujur. (Raqib)

b)  Jujur adalah hukum yang sesuai dengan kenyataan, dengan kenyataan, dengan kata lain, lawan dari bohong.(7) (Jurjani)

c)  Jujur adalah kesesesuaian antara lahir dan batin, ketika keadaan seseorang tidak didustakan  dengan tindakan-tindakannya, begitu pula sebaliknya.

d)  Para ulama menjadikan ikhlas sebagai perkara yang tidak boleh luput dan kejujuran itu sifatnya lebih umum, yakni  bahwa semua orang yang jujur sudah tentu ikhlas. tetapi tidak semua orang yang ikhlas itu jujur.

e)  Imam Junaid pernah ditanya tentang makna ikhlas dan jujur, "Apakah keduanya sama atau berbeda?' Dia menjawab, "Keduanya berbeda. Jujur merupakan asas segala sesuatu, sedangkan ikhlas itu tidak dapat terwujud  kecuali setelah masuk dalam amal. Amal terebut pun tidak akan diterima kecuali jika disertai jujur dan ikhlas."(8)

f)  Kejujuran adalah kemurnian hati Anda, keyakinan Anda yang mantap, dan ketulusan amal Anda. (imam Qusyairi)


 7. Jurjani, at-Ta'rifat, hlm 132.
8. Dalilul-Falihin, jilid I, hlm. 202


      








JUJUR

Kejujuran adalah akhlak terpuji. Seseorang dikatakan jujur apabila dia menyatakan kebenaran sesuai dengan fakta yang ada tanpa menambah dan menguranginya. Jujur harus menjadi akhlak dalam perkataan dan tindakan, termasuk isyarat tangan dan menggelengkan kepala. Terkadang diam pun bisa termasuk bagian dari ungkapan kejujuran.

Orang yang jujur kepada Allah swt. dan sesama, tindakan luarnya sama dengan batinnya, Karena itu, Alla swt. memberikan gambaran yang berlawanan antara orang munafik dengan orang jujur, sebagaimana firman-Nya,
   
"Agar Allah memberikan balasan kepada orang-orang yang benar itu karena kebenarannya, dan mengazab orang-orang munafik..".(al-Ahzab [33]:24)
Jujur merupakan salah satu jalan menuju surga seperti dusta yang merupakan jalan ke neraka.

Ibnu Mas'ud r.a. meriwatkan bahwa Rasulullah saw. bersabda,
" Sesungguhnya kejujuran akan menunjukkan kebajikan dan kebajikan itulah jalan ke surga. Apabila seseorang bersikap jujur dan selalu memerhatikan kejujuran (dirinya), niscaya disisi Allah swt. ia dianggap sebagai orang jujur. Kebohongan akan mengiringi (pelakunya) pada kejahatan dan kejahatan itulah yang akan menjerumuskannya ke neraka. Apabila seseorang berbohong dan memiliki kebiasaan berbohong, disisi Allah swt. ia akan dicap sebagai pembohong." (HR Bukhari dan Muslim)
Kejujuran merupakan ketenangan dan pelakunya adalah orang yang mulia dan terhormat. Sebaliknya, kebohongan akan menghasilkan kegelisahan dan pelakunya adalah seorang yang hina dan rendah.(1)

Apabila semua perkara berkumpul
kejujuranlah yang paling mulia
ia akan mengikatkan mahkota
di atas kepala pelakunya,
sebagai buah kejujurannya
ia akan selalu mencela pendusta
dan pada setiap sisi ia akan menjadi pelita

 Harist al-Muhsibi berkata, "Wahai saudaraku, ketahuilah ikhlas adalah fondasi segala sesuatu. Kejujuran akan melahirkan sikap sabar, qana'ah, zuhud, ridha, dan ramah. Keikhlasan akan melahirkan keyakinan, rasa takut, cinta, toleran, malu dan mudah menghormati orang. Ada tiga hal yang sempurna jika disertai kejujuran, yaitu hati sebagai pelaksana iman, niat ketika beramal, dan lisan ketika berbicara."(2)

Seorang peyair berkata,
Kalaulah ada kejujuran dan dusta dalam kata,
dan dalam hati, tersimpan rahasianya
Maka tanda jujur, ada pada mata
dan saksi nan bisu pun
dapat terlihat pada raut muka

Abu Hatim berkata, "Sesungguhnya Allah swt. mengutamakan lisan daripada anggota tubuh lainnya. Dia mengangkat derajatnya dan menerangkan keutamaannya dengan menjadikannya mampu mengucapkan kalimat tauhid. Karena itu, tidak sepantasnya seorang yang berakal membiasakan indra-yang Allah swt. ciptakan untuk mengucapkan kalimah tauhid-dengan berbohong. Hamba tersebut wajib terus-menerus menjaganya dengan berkata jujur dan membiasakannya pada hal-hal yang bermanfaat di dunia dan akhirat. Lisan itu bergantung pada kebiasaannya. Apabila ia terbiasa jujur, ia akan selalu jujur. Sebaliknya, jika terbiasa berdusta, ia akan terus berdusta."(3)

Seorang penyair berkata,

Biasakanlah bersikap jujur, meski Anda
dibakar api ancaman karenanya
Dan gapailah ridha Allah
Karena manusia paling durjana,
dialah yang membuat-Nya murka
demi memuaskan manusia

  1. Al-Hasyidi, al-Akhlaqu Bina ath-Thaba 'i wa at-Tathabu'i, hlm. 239
  2. Hidayatul-Mustarsyidin, hlm. 170
  3. Raudhatul - Uqala, hlm 51.